News Update :
Home » » Indonesia Mengubah Cara Pandang Ilmu Arkeologi Dunia

Indonesia Mengubah Cara Pandang Ilmu Arkeologi Dunia

Penulis : Unknown on Minggu, 02 Agustus 2015 | 22.16

Indonesia Mengubah Cara Pandang Ilmu Arkeologi Dunia

"Temuan arkeologis belakang ini di Indonesia banyak mengubah pandangan para ahli di dunia"

Indonesia Mengubah Cara Pandang Ilmu Arkeologi DuniaGambar Anoa dan stensil tangan menjadi salah satu temuan gambar cadas yang fenomenal di gua Uhalie, Bone, Sulawesi Selatan. Temuan gambar-gambar cadas di Sulawesi selatan berusia sama dengan temuan di El Castillo di Spanyol yang berumur sekitar 40.000 tahun yang lalu. (Feri Latief)
Peneliti senior arkeologi prasejarah dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Prof. Truman Simanjuntak, menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia masih mempunyai banyak temuan-temuan yang terpendam di dalam tanah. "Satu waktu dengan penelitian yang intensif kita akan mendapatkan lagi penemuan-penemuan besar." Hal ini disampaikannya dalam seminar 'Indonesia Sebagai Tapak Temuan Ilmiah Akbar Dunia' yang diselenggarakan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) yang sedang merayakan ulangtahun berdirinya yang ke-25 (25/5) di Hotel Aryaduta, Jakarta.

Prof. Truman menceritakan bahwa sekitar bulan oktober tahun lalu dunia ilmu pengetahuan dikejutkan oleh sebuah jurnal ilmiah tentang penemuan seni lukis tertua atau salah satu dari dua yang tertua di dunia yaitu di Maros, Sulawesi Selatan. Dunia terhentak. Sebelumnya Indonesia atau Sulawesi Selatan tidak begitu dikenal oleh para ilmuwan tentang lukisan gua. Mereka lebih mengenal Eropa kemudian Australia sebagai wilayah yang potensial.

Biasanya setiap temuan baru yang diterbitkan di jurnal ilmiah akan banyak yang mempertanyakan atau mendebatnya. Tapi untuk temuan di Maros ini sedikit sekali yang mempertanyakannya karena bukti dan metode yang digunakan valid.

"Dengan temuan itu para ahli mulai melihat wilayah kita sebuah potensi yang sangat besar di bidang lukisan gua," tandas Truman.

Lukisan tertua pertama ditemukan di El Castillo, Spanyol. Menurut penelitian usia penanggalannya berkisar dari 40.800 tahun yang lalu. Sedangkan Liang Timpuseng di Maros berusia 39.900 tahun yang lalu. Tradisi menggambar di cadas gua masih terus berlanjut sampai 2000-4000 tahun yang lalu. Gambar-gambar berarti dibuat oleh manusia modern awal atau Homo Sapiens bukan manusia purba.

Gambar-gambar yang terdapat di dalam gua itu terdiri dari berbagai motif, ada gambar binatang, motif tangan, figur manusia, motif geometris, alat-alat batu dan juga moda transportasi. Mereka menggunakan bahan pewarna dari batu oker atau hematit yang dihaluskan lalu dicampur dengan getah pohon tertentu atau lemak binatang.

Di seluruh dunia terdapat 70.000 situs lukisan cadas yang tersebar di 160 negara. Kurang lebih terdapat 45.000.000 gambar dan simbol-simbol yang tercatat. Di Indonesia lukisan gua banyak terkonsentrasi di bagian tengah dan timur Indonesia. Tapi kemudian belakang ini ditemukan juga di Sangkulirang di Kalimantan, Padang Bindu di Sumatera Selatan, dan Cilacap di Jawa Tengah.

Di daerah pegunungan kars antara Maros dan Pangkep ditemukan 101 gua. Dari jumlah itu 93 gua diantaranya memiliki gambar cadas. 54 gua lainnya mempunyai gambar stensil tangan.

Dr. Pindi Setiawan, dosen komunikasi visual dari Fakultas Seni Rupa ITB, pernah mengatakan bahwa pendahulu kita di Nusantara adalah penggambar cadas yang adiluhung. Dalam penelitiannya di gua-gua pegunungan Sangkulirang dan Mangkalihat di Kalimantan ia menyebutkan banyak menemukan gambar stensil tangan yang dibuat dengan teknik kesulitan yang tinggi. Di dalam langit-langit gua yang tinggi mereka membuat gambar yang sulit dijelaskan bagaimana cara mereka mengerjakannya. Gambar-gambar cadas di Sangkulirang berusia sekitar 10.000 tahun yang lalu.

Dr. J.C.A Joodens peneliti asal belanda yang juga tampil dalam seminar itu memaparkan temuan arkeologis baru. Para peneliti di negaranya menemukan bahwa manusia purba di Trinil Jawa Tengah, Homo Erectus, telah menggunakan alat dan kreatifitas seni dari 500.000 tahun yang lalu. Mereka menemukan ukiran motif geometrik tertentu pada artefak kulit kerang. Manusia purba Jawa juga menggunakan kulit kerang sebagai alat untuk keperluan sehari-hari. Saat temuan itu diterbitkan dalam jurnal ilmiah banyak yang terkejut, karena manusia purba di Jawa telah melakukan seni awal. Ini membawa pertanyaan lebih lanjut tentang kecerdasan Homo Erectus. Seperti diketahui Homo Erectus hanya ada di dua tempat di dunia, yaitu di Jawa dan Afrika.

Semua temuan-temuan itu arkeologis yang mendunia yang banyak itu menurut Prof. Truman adalah sumbangan leluhur-leluhur kita di Nusantara untuk pengetahuan dunia. "Sekarang apa yang bangsa ini bisa berikan pada dunia? Konflik saja yang bisa diberikan pada dunia?"

Ia dan rekan-rekan lainnya berusaha mencoba mengangkat nilai-nilai itu dan memasyarakatkannya. Karena menurutnya semua temuan arkeologis itu bisa menjadi landasan peradaban kita sekarang.

"Jadi kalau ada nilai keuletan, nilai gotong royong, nilai kerjasama, semua itu harusnya dikembangkan bukan dihilangkan. Itu yang membuat bangsa ini bangsa yang berbudaya dan berkepribadian berdasarkan nilai-nilai yang memang sudah berakar jauh ke masa silam. Itu namanya strategi kebudayaan," tandas Profesor Truman Simanjuntak menutup pembicaraan.

(Feri Latief)

Sumber:
http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/05/indonesia-mengubah-cara-pandang-ilmu-arkeologi-dunia


Share this article :


“Klik Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno) “Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno) “Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno) “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961) “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” – Bung Karno “Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno) “……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno) Untuk memilih jenis tomat yang akan ditanam hendaknya sesuaikan dahulu dengan karateristik lokasi. Apabila kebun Anda berada di dataran tinggi pilihlah varietas yang cocok untuk dataran tinggi begitu juga sebaliknya. Benih tomat bisa didapatkan dengan mudah diberbagai toko penyedia saprotan. Apabila Anda sulit mendapatkannya atau harganya terlalu mahal, kita bisa membuatnya sendiri. Caranya dengan menyeleksi buah tomat yang paling baik dari segi ukuran (besar) dan bentuk (tidak cacat). Langahnya sebagai berikut, pilih buah tomat yang akan dijadikan benih. Kemudian biarkan buah tomat tersebut menua di pohon. Setelah cukup tua ambil bijinya dan bersihkan dari lendir yang menyelubunginya dengan air. Setelah itu rendam dalam air, pilih biji yang tenggelam. Kemudian lakukan seleksi sekali lagi terhadap biji tomat, pilih yang bentuknya sempurna(tidak cacat atau keriput). Langahnya sebagai berikut, pilih buah tomat yang akan dijadikan benih. Kemudian biarkan buah tomat tersebut menua di pohon. Setelah cukup tua ambil bijinya dan bersihkan dari lendir yang menyelubunginya dengan air. Setelah itu rendam dalam air, pilih biji yang tenggelam. Kemudian lakukan seleksi sekali lagi terhadap biji tomat, pilih yang bentuknya sempurna (tidak cacat atau keriput). disini“

 
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2011. BLOG MEDIA NEWS . All Rights Reserved.
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger