Kondisi gula darah yang tinggi pada penderita DM, tambah Rochsismandoko, merupakan lingkungan yang baik untuk bakteri berkembang termasuk kuman TB laten yang bisa aktif. Inilah yang akhirnya membuat dua penyakit itu dialami secara bersamaan.

Ia menjelaskan, pasien DM berisiko mengalami TB, karena diabetes adalah satu penyakit yang menurunkan sistem kekebalan tubuh. Sedangkan penderita TB berisiko mengalami DM salah satunya akibat dampak obat-obatan TB di pankreas yang menyebabkan penurunan kadar insulin, sehingga menaikkan gula darah.
Jakarta Tak hanya memiliki keterkaitan dengan HIV saja,
Tuberkulosis (TB) bisa berkaitan erat dengan penyakit noninfeksi seperti
diabetes mellitus (DM). Hanya saja, masih banyak pasien tidak
menyadarinya.
"Pasien DM kalau diteliti, 28 persennya disertai
TB. Sedangkan pada pasien TB, kalau diteliti gula darahnya, sekitar 20
persen memiliki DM. Jadi, sama, TB bikin DM, DM bikin TB," kata dokter
dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr.
Rochsismandoko, SpPD, KEMD dalam seminar TB dan Asma di RS Persahabatan,
Jakarta Timur, Rabu (6/5/2014)
"Kuman
sudah ada, tekanan gula darahnya tinggi, ya sudah, jadi. Gula darah itu
merupakan nutrisi bagi kuman Tuberkulosis," kata dia menerangkan.
Pengobatan pasien TB yang disertai
DM, membutuhkan waktu lebih lama, sekitar 9 bulan karena kuman TB lebih
susah dibasmi. "Sedangkan untuk pasien TB saja butuh waktu 6 bulan,
apalagi yang disertai DM, pasti akan lebih lama" kata dia menjelaskan.
Lebih
lanjut ia menjelaskan, peluang kuman TB menjadi resisten pada penderita
DM juga tinggi. Sekitar 38 persen pasien TB yang disertai DM akan
menjadi MDR (Multi Drug Resistan) atau kebal dengan berbagai macam obat.
Jelas, pengobatan akan jauh lebih panjang lagi. Bisa sampai dua tahun.
Gejala
pasien TB disertai DM, jelas Dr. Rochsismandoko, biasanya tanpa gejala
atau gejala tidak terlihat sama sekali. Gejala lainnya, biasanya napsu
makan menurun, badan meriang, tanpa batuk, dan lemas terus menerus.
Berhubung
TB yang disertai DM dianggap penyakit berat dan sama beratnya dengan
HIV, pengobatannya tidak boleh dilepas, harus dilakukan sampai
benar-benar sembuh. Pasien juga disarankan melakukan kontrol lebih
sering.
"Kalau sudah MDR maka pasien disuntik setiap hari selama 6
bulan. Pasien juga harus lebih sering melakukan pemeriksaan. Paling
tidak, dua minggu sekali harus ke dokter," kata dia menekankan.

home
Home